Dalam produksi elektrocoating, para ahli pelapisan memahami pentingnya suhu cairan bak. Suhu secara langsung memengaruhi stabilitas bak elektrocoat, kualitas lapisan cat, tingkat pengerjaan ulang, dan efisiensi produksi, yang pada akhirnya memengaruhi manfaat ekonomi. Namun, dampak suhu tidak terbatas pada suhu cairan bak; suhu lingkungan juga merupakan faktor penting namun sering diabaikan.
01 Efek Peningkatan Suhu Cairan Bak
-
Ketika suhu cairan bak naik, fenomena berikut terjadi:
-
Pergerakan partikel cat yang dipercepat
-
Viskositas cairan bak menurun
-
Peningkatan elektrodeposisi
-
Resistansi cairan bak berkurang
-
Daya lempar menurun
-
Peningkatan arus elektroforetik
-
Penguapan pelarut yang dipercepat
-
Stabilitas cairan bak menurun
Suhu cairan bak yang sangat tinggi dapat membuat seluruh bak elektrocoat tidak dapat digunakan!
02 Efek Suhu Cairan Bak yang Tinggi
Saat suhu cairan bak naik atau tetap terlalu tinggi, lapisan elektrocoat menunjukkan:
-
Peningkatan ketebalan film
-
Efek kulit jeruk yang menonjol atau parah
-
Pembentukan partikel yang signifikan
03 Pertumbuhan Bakteri dalam Cairan Bak Elektroforetik
Banyak yang melaporkan bahwa cairan bak elektroforetik rentan terhadap pertumbuhan bakteri. Apa yang menyebabkan masalah ini?
Elektrocoat terdiri dari resin organik, pelarut organik, pigmen dan pengisi, penetral, dan air, dengan pH dan suhu yang dipertahankan dalam rentang tertentu. Selama musim semi dan gugur, kondisi pH dan suhu yang sesuai, dikombinasikan dengan air dan bahan organik, menciptakan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan mikroba (bakteri dan jamur), secara bertahap merusak cairan bak dan memengaruhi kualitas produk.
Di masa lalu, elektrocoat kurang rentan terhadap pertumbuhan bakteri karena tingginya kadar pelarut organik dan logam berat, yang tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidup bakteri. Namun, menurut daftar zat yang menjadi perhatian tinggi dari European Chemicals Agency’s REACH Regulation (No. 1907/2006) dan RoHS Amendment Directive (EU) 2015/863, yang membatasi aditif organik dan logam berat, elektrocoat yang ramah lingkungan dengan pengurangan pelarut organik dan tanpa logam berat lebih rentan terhadap kontaminasi bakteri. Sebagian besar mikroorganisme bersifat mesofilik dan asidofilik, berkembang biak dalam rentang pH 5–7 dan rentang suhu 25–35°C yang khas dari cairan kerja elektrocoat katodik. Beberapa mikroorganisme memiliki suhu pertumbuhan optimal 30–40°C, membuat kondisi ini ideal untuk proliferasi mereka.
04 Dampak Tingkat Perputaran Cairan Bak pada Bakteri dan Pembentukan Film
Ketika tingkat perputaran cairan bak tinggi, penambahan cat segar mengisi kembali zat pembentuk film yang efektif dan menekan pertumbuhan bakteri. Namun, ketika tingkat perputaran melambat atau siklus penggantian memanjang, cairan bak tetap dalam keadaan yang relatif statis, meningkatkan biodegradasi dan kerusakan komponen sambil mengurangi zat pembentuk film yang efektif. Hal ini memperkuat dampak destruktif bakteri pada cairan bak.
Pengujian rutin cairan bak, dengan frekuensi pengujian yang disesuaikan berdasarkan penggunaan, memungkinkan pengendalian dan pencegahan pertumbuhan bakteri secara tepat waktu. Suhu cairan bak yang rendah mendukung stabilitas bak tetapi meningkatkan viskositas dan mengurangi elektrodeposisi, yang menyebabkan masalah seperti lapisan cat tipis, kilap rendah, daya tutup yang buruk, pelapisan yang tidak mencukupi di rongga benda kerja, dan lapisan cat yang kasar atau matte. Oleh karena itu, mengontrol suhu cairan bak secara ketat dalam rentang yang ditentukan menggunakan penukar panas sangat penting.
Kesimpulan
Dengan mengendalikan suhu cairan bak dan menerapkan langkah-langkah pencegahan bakteri yang kuat, produksi elektrocoating dapat mencapai stabilitas dan efisiensi yang lebih besar, memastikan kualitas produk dan manfaat ekonomi.


